Stablecoin dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan dan inflasi di Eropa yang dapat memaksa Bank Sentral Eropa untuk mempertimbangkan kembali kebijakan moneternya, menurut gubernur bank sentral Belanda Olaf Sleijpen. Ringkasan

• Olaf Sleijpen dari ECB memperingatkan bahwa stablecoin dapat mengganggu stabilitas keuangan dan pengendalian inflasi di Eropa.
• Sleijpen mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa mungkin perlu bertindak, tetapi tidak yakin apakah itu memerlukan peningkatan suku bunga atau pemotongan.

Dalam sebuah wawancara terbaru dengan Financial Times, Sleijpen menyoroti laju cepat di mana penerbitan stablecoin tumbuh di Amerika Serikat, terutama sejak Presiden Donald Trump menandatangani Undang-Undang GENIUS lebih awal tahun ini, membuka jalan bagi penerbitan token digital yang didukung dolar oleh sektor swasta.

“Jika stablecoin di AS meningkat dengan laju yang sama seperti yang telah terjadi . . . mereka akan menjadi relevan secara sistemik pada suatu titik,” kata Sleijpen.

Sejak Undang-Undang GENIUS, volume token digital yang dipatok dolar telah meningkat lebih dari 48%, melampaui $300 miliar. Stablecoin yang denominasi dolar AS seperti USDT dan USDC juga semakin banyak digunakan untuk pembayaran lintas batas dan aktivitas perdagangan, serta memegang pangsa pasar terbesar secara global. Dua stablecoin terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Tether (USDT) dan USD Coin (USDC), keduanya dipatok pada dolar AS dan mendominasi sektor stablecoin.

Banyak dari aset-aset ini didukung oleh U.S. Treasuries, menjadikannya sangat peka terhadap penjualan cepat di saat-saat stres ekonomi.

“Jika stablecoin tidak begitu stabil, Anda bisa berakhir dalam situasi di mana aset yang mendasarinya perlu dijual dengan cepat,” lanjut Sleijpen, menambahkan bahwa itu bisa memicu gangguan pasar yang cukup serius sehingga Bank Sentral “mungkin harus memikirkan kembali kebijakan moneter.”

Ia menganjurkan penggunaan alat stabilitas keuangan sebagai garis pertahanan pertama dan mengakui ketidakpastian tentang bagaimana ECB mungkin merespons, mencatat bahwa tidak jelas apakah situasi tersebut akan memerlukan pemotongan suku bunga atau kenaikan.

“Saya tidak tahu ke arah mana kami akan pergi,” katanya.

Sleijpen, yang merupakan salah satu dari 26 anggota badan pengambil keputusan Bank Sentral Eropa, mencerminkan kekhawatiran yang telah disampaikan oleh pejabat bank sentral berulang kali seiring dengan berkembangnya pasar stablecoin pada kecepatan yang tidak terduga oleh banyak pembuat kebijakan.

Bank Sentral Eropa tetap waspada terhadap stablecoin

Awal tahun ini, penasihat ECB Jürgen Schaaf memperingatkan bahwa kenaikan cepat stablecoin yang dipatok pada dolar mengancam kedaulatan moneter dan stabilitas keuangan Eropa secara struktural, dan menyerukan respons strategis untuk mencegah euro kehilangan posisi terhadap token berbasis dolar yang diterbitkan secara pribadi.

Schaaf sangat khawatir tentang kemunculan stablecoin yang menghasilkan yield dan risiko yang mereka timbulkan terhadap model perbankan tradisional di ekonomi yang bergantung pada simpanan seperti kawasan euro.

“Jika stablecoin berbunga menjadi umum… mereka dapat mengalihkan simpanan dari bank tradisional, yang dapat membahayakan perantara keuangan dan menghambat ketersediaan kredit,” tulis Schaaf saat itu.

Alih-alih stablecoin, Bank Sentral Eropa (ECB) mendorong untuk menciptakan euro digital, yang dianggap sebagai alternatif yang berdaulat dan bebas risiko yang dapat mengokohkan sistem pembayaran Eropa. Bulan lalu, bank sentral melangkah lebih dekat ke tujuan tersebut ketika memilih sekelompok penyedia eksternal untuk mendukung komponen kunci proyek, mulai dari manajemen penipuan dan risiko hingga pengembangan aplikasi dan pertukaran informasi pembayaran yang aman.