Jika kamu trading dengan margin dan tiba-tiba terlikuidasi dari posisi—bukan hanya pasar yang harus disalahkan. Sering kali masalahnya ada pada bagaimana kamu memantau level likuidasi.
Inti dalam satu kalimat
Harga mark adalah harga rata-rata tertimbang dari aset di beberapa bursa + moving average basis. Dalam praktiknya: inilah harga yang sebenarnya digunakan untuk menghitung likuidasi kamu, bukan dari harga transaksi terakhir di satu bursa saja.
Kenapa ini penting
Ingat momen ketika satu order besar menjatuhkan harga di satu bursa sebesar 5% dalam satu detik? Di pasar spot itu hanya noise, tapi jika kamu trading margin, itu bisa menjadi likuidasi kamu.
Kedengarannya tidak adil? Memang begitu. Itulah sebabnya bursa-bursa (termasuk platform besar) beralih ke sistem harga mark:
Mengagregasi data dari beberapa sumber → menstabilkan lonjakan harga
Menggunakan EMA basis → menghaluskan fluktuasi anomali
Mengurangi manipulasi → satu transaksi tidak bisa melikuidasi kamu
Cara perhitungannya
Rumus dasar:
Harga mark = Harga indeks spot + EMA(Basis)
Di mana basis = selisih antara harga spot dan harga futures.
Atau melalui spread bid-ask:
Harga mark = Harga indeks spot + EMA[(Bid + Ask)/2 − Harga indeks spot]
Hasilnya? Harga referensi yang lebih stabil, mencerminkan nilai riil, bukan pergerakan mikro.
Tiga cara menerapkannya
1. Menghitung level likuidasi yang akurat
Gunakan harga mark, bukan harga transaksi terakhir. Ini memberi batas nyata, bukan ilusi. Menambah margin keamanan di hari-hari volatil.
2. Penempatan stop-loss
Pasang stop sedikit di bawah level likuidasi menurut harga mark (untuk long). Ini memastikan kamu keluar sebelum likuidasi paksa.
3. Entry dengan limit order
Tempatkan limit di level harga mark agar posisi otomatis terbuka saat kondisi menguntungkan. Berfungsi sebagai filter noise pasar.
Perbedaan utama: harga mark vs harga transaksi terakhir
Transaksi terakhir—hanya sekadar order terakhir yang terjadi. Bisa jadi hasil manipulasi atau satu penjualan besar.
Harga mark—konsensus dari beberapa bursa + filter matematis. Jauh lebih andal.
Contoh: harga turun 3% karena satu order, tapi harga mark hampir tidak berubah. Posisi kamu tidak terlikuidasi karena sistem melihat harga mark.
Risiko utama
Volatilitas tinggi bisa menggerakkan harga mark lebih cepat dari reaksi kamu. Dalam kondisi ekstrem, mark price pun tidak bisa menyelamatkan.
Kesimpulan: gunakan harga mark sebagai dasar, tapi jangan berharap keajaiban. Kombinasikan dengan alat manajemen risiko lain—position sizing, diversifikasi, ukuran risiko per transaksi.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Harga Mark: mengapa trader mengabaikan alat manajemen risiko ini
Jika kamu trading dengan margin dan tiba-tiba terlikuidasi dari posisi—bukan hanya pasar yang harus disalahkan. Sering kali masalahnya ada pada bagaimana kamu memantau level likuidasi.
Inti dalam satu kalimat
Harga mark adalah harga rata-rata tertimbang dari aset di beberapa bursa + moving average basis. Dalam praktiknya: inilah harga yang sebenarnya digunakan untuk menghitung likuidasi kamu, bukan dari harga transaksi terakhir di satu bursa saja.
Kenapa ini penting
Ingat momen ketika satu order besar menjatuhkan harga di satu bursa sebesar 5% dalam satu detik? Di pasar spot itu hanya noise, tapi jika kamu trading margin, itu bisa menjadi likuidasi kamu.
Kedengarannya tidak adil? Memang begitu. Itulah sebabnya bursa-bursa (termasuk platform besar) beralih ke sistem harga mark:
Cara perhitungannya
Rumus dasar: Harga mark = Harga indeks spot + EMA(Basis)
Di mana basis = selisih antara harga spot dan harga futures.
Atau melalui spread bid-ask: Harga mark = Harga indeks spot + EMA[(Bid + Ask)/2 − Harga indeks spot]
Hasilnya? Harga referensi yang lebih stabil, mencerminkan nilai riil, bukan pergerakan mikro.
Tiga cara menerapkannya
1. Menghitung level likuidasi yang akurat Gunakan harga mark, bukan harga transaksi terakhir. Ini memberi batas nyata, bukan ilusi. Menambah margin keamanan di hari-hari volatil.
2. Penempatan stop-loss Pasang stop sedikit di bawah level likuidasi menurut harga mark (untuk long). Ini memastikan kamu keluar sebelum likuidasi paksa.
3. Entry dengan limit order Tempatkan limit di level harga mark agar posisi otomatis terbuka saat kondisi menguntungkan. Berfungsi sebagai filter noise pasar.
Perbedaan utama: harga mark vs harga transaksi terakhir
Transaksi terakhir—hanya sekadar order terakhir yang terjadi. Bisa jadi hasil manipulasi atau satu penjualan besar.
Harga mark—konsensus dari beberapa bursa + filter matematis. Jauh lebih andal.
Contoh: harga turun 3% karena satu order, tapi harga mark hampir tidak berubah. Posisi kamu tidak terlikuidasi karena sistem melihat harga mark.
Risiko utama
Volatilitas tinggi bisa menggerakkan harga mark lebih cepat dari reaksi kamu. Dalam kondisi ekstrem, mark price pun tidak bisa menyelamatkan.
Kesimpulan: gunakan harga mark sebagai dasar, tapi jangan berharap keajaiban. Kombinasikan dengan alat manajemen risiko lain—position sizing, diversifikasi, ukuran risiko per transaksi.