AI trading kripto juga bisa gagal? Baru-baru ini ada sebuah organisasi yang melakukan eksperimen, memberikan dana masing-masing $10.000 ke 6 model AI utama (seperti ChatGPT, DeepSeek, Grok, dll.) untuk secara otomatis memperdagangkan koin seperti BTC, ETH, SOL, dan lainnya.
Awalannya sangat mulus: dalam satu hari, keuntungan tertinggi bisa melonjak sampai 30%. Tapi begitu terjadi pasar jatuh drastis, semua AI ini langsung kewalahan, kerugian harian terbesar juga 30%—dari surga ke neraka secepat itu.
Analisis industri menyimpulkan ada tiga jebakan utama: pertama, data pelatihan berbasis pada pergerakan harga historis, sehingga lambat merespons fluktuasi mendadak; kedua, AI masih bisa memberi sinyal bagus di tren pasar, tapi gampang terperosok saat pasar sideways atau berbalik arah; ketiga, mekanisme stop-loss mungkin terlalu agresif, sehingga dalam kondisi ekstrem tidak bisa memutus kerugian tepat waktu.
Eksperimen ini sebenarnya jadi peringatan untuk seluruh komunitas trading kuantitatif AI. Statistik menunjukkan, pada 2025, volume trading kripto berbasis AI bisa tumbuh lebih dari 200%, tapi proporsi yang benar-benar untung masih diragukan. Trading AI pada dasarnya adalah keputusan probabilitas, tidak mungkin untung di semua kondisi pasar. Buat teman-teman yang ingin copy-trade AI, sebaiknya pahami dulu batas risiko diri sendiri, atur posisi dan stop-loss dengan baik, jangan cuma mimpi jadi kaya mendadak.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
AI trading kripto juga bisa gagal? Baru-baru ini ada sebuah organisasi yang melakukan eksperimen, memberikan dana masing-masing $10.000 ke 6 model AI utama (seperti ChatGPT, DeepSeek, Grok, dll.) untuk secara otomatis memperdagangkan koin seperti BTC, ETH, SOL, dan lainnya.
Awalannya sangat mulus: dalam satu hari, keuntungan tertinggi bisa melonjak sampai 30%. Tapi begitu terjadi pasar jatuh drastis, semua AI ini langsung kewalahan, kerugian harian terbesar juga 30%—dari surga ke neraka secepat itu.
Analisis industri menyimpulkan ada tiga jebakan utama: pertama, data pelatihan berbasis pada pergerakan harga historis, sehingga lambat merespons fluktuasi mendadak; kedua, AI masih bisa memberi sinyal bagus di tren pasar, tapi gampang terperosok saat pasar sideways atau berbalik arah; ketiga, mekanisme stop-loss mungkin terlalu agresif, sehingga dalam kondisi ekstrem tidak bisa memutus kerugian tepat waktu.
Eksperimen ini sebenarnya jadi peringatan untuk seluruh komunitas trading kuantitatif AI. Statistik menunjukkan, pada 2025, volume trading kripto berbasis AI bisa tumbuh lebih dari 200%, tapi proporsi yang benar-benar untung masih diragukan. Trading AI pada dasarnya adalah keputusan probabilitas, tidak mungkin untung di semua kondisi pasar. Buat teman-teman yang ingin copy-trade AI, sebaiknya pahami dulu batas risiko diri sendiri, atur posisi dan stop-loss dengan baik, jangan cuma mimpi jadi kaya mendadak.