Pengadilan London pada 11 November memutuskan sebuah kasus yang mengejutkan — perempuan Cina Qian Zhimin dijatuhi hukuman penjara selama 11 tahun dan 8 bulan karena Pencucian Uang sebesar 468 miliar yuan. Di balik angka ini, terdapat 61.000 koin Bitcoin dan 128.000 korban yang menderita.

Kejadian ini harus dimulai dari tahun 2014. Saat itu, Qian Zhiming mendirikan sebuah perusahaan bernama "Lantian Ge Rui" di Tianjin, yang menarik simpanan publik dengan janji imbal hasil 300%. Dalam tiga tahun, 43 miliar yuan berhasil dihimpun, sebagian besar merupakan uang pensiun para pensiunan.

Pada tahun 2017, ketika melihat keadaan akan terbongkar, ia membawa dompet kripto yang penuh dengan Bitcoin dan melarikan diri ke Inggris dengan paspor palsu.

Setelah melarikan diri ke Inggris, dia tidak tinggal diam. Rumah mewah di London seharga 23,5 juta poundsterling, properti dan perhiasan di berbagai negara Eropa, semuanya berani dia beli. Yang lebih gila adalah, dia juga ingin berinvestasi di sebuah "negara" mikro, berusaha untuk mendapatkan kekebalan diplomatik.

Tetapi Bitcoin bukan uang tunai, setiap transaksi di blockchain dapat dilacak. Pada tahun 2018, saat dia membeli rumah mewah, dia menjadi sasaran karena tidak dapat menjelaskan asal uang tersebut. Setelah rekan-rekannya ditangkap, dia melarikan diri selama 6 tahun, sampai akhirnya ditangkap pada tahun 2024 di Yorkshire. Polisi membekukan semua Bitcoin yang terlibat, dan kemudian menemukan aset kripto senilai 67 juta poundsterling.

Kasus ini memberikan beberapa peringatan bagi dunia koin:

**Pertama, cryptocurrency tidak sama dengan tempat tanpa hukum.** Kerjasama antara penegak hukum Inggris dan Tiongkok membuktikan bahwa pelarian lintas batas tidak ada gunanya. Karakteristik on-chain dari Bitcoin memungkinkan setiap transaksi untuk dilacak, ingin mencuci uang hasil kejahatan dengan cryptocurrency? Terlalu naif.

**Kedua, waspadalah terhadap janji imbal hasil tinggi.** 300% imbal hasil? Angka yang jauh dari akal sehat ini, pada dasarnya adalah ciri khas skema Ponzi. Ingat satu hal: Anda tertarik dengan keuntungan mereka, mereka memperhatikan modal Anda.

**Ketiga, kesadaran akan kepatuhan harus ada.** Inggris membekukan aset yang terlibat dengan menggunakan "Undang-Undang Penarikan Hasil Kejahatan 2002", dan regulasi global semakin ketat. Saat memilih platform, periksa kualifikasi kepatuhan, jangan sentuh dana yang tidak jelas asalnya, jika tidak, Anda tidak akan tahu alasan mengapa akun Anda dibekukan suatu hari nanti.

Mengenai berapa banyak uang yang dapat dikembalikan kepada 128.000 korban tersebut? Pihak kejaksaan Inggris mengatakan sedang menyusun rencana kompensasi, dan polisi Tianjin juga sedang mengoordinasikan pemulihan aset lintas batas. Namun, konversi nilai mata uang virtual dan pengelolaan aset lintas batas sangat kompleks, jadi diperkirakan masih harus menunggu.

Kasus ini adalah kasus pencucian uang mata uang kripto terbesar dalam sejarah Inggris. Ini mengingatkan kita: teknologi itu netral, tetapi sifat manusia tidak tahan ujian. Dalam industri ini, selain memperhatikan pasar dan mengikuti tren, kita juga harus menjaga batasan.