Kebuntuan politik di Washington kembali terjadi—penghentian pemerintahan membuat data-data penting seperti non-farm payroll dan inflasi CPI secara kolektif "absen", pasar tradisional seketika kehilangan koordinat untuk menentukan arah. Harga emas berfluktuasi tidak menentu, imbal hasil obligasi AS naik turun sulit diprediksi, para trader di Wall Street bingung menatap kalender data kosong.

Namun anehnya, di tengah kabut ini, pasar kripto mulai memunculkan riak yang tidak biasa.

Di balik ini tersembunyi rantai logika yang jelas: pemerintah mengalami penghentian sementara, pembuatan kebijakan memasuki kekosongan, Federal Reserve sulit melanjutkan kebijakan pengetatan moneter agresif dalam waktu dekat; tekanan likuiditas sedikit longgar, pasar merasakan adanya ruang untuk bernafas. Dana lindung nilai mengalir ke mana-mana, aset tradisional menunjukkan kenaikan yang lambat, dan sebagian modal yang tajam mulai memandang kembali ke sudut yang pernah ditinggalkan—cryptocurrency.

Melihat sejarah, skenario serupa pernah terjadi sebelumnya. Saat data non-farm payroll tertunda pengumumannya tahun lalu, BTC menunjukkan tren independen, melonjak hampir 30% melawan arus, menjadi salah satu titik terang di tengah ketidakpastian. Saat ini, ritme pasar hampir sama seperti waktu itu: pergerakan saham AS berayun, imbal hasil obligasi menunjukkan kelelahan, ekspektasi kenaikan suku bunga terus menurun. Sementara itu, pasokan stablecoin kembali bertambah, aliran dana bersih ke BTC dan ETH di jaringan terlihat meningkat.

Ada yang memilih menunggu dan bahkan keluar dari pasar, ada juga yang diam-diam mulai mengatur strategi. Uang pintar tidak pernah berteriak, tetapi aksi mereka sering menyimpan suatu kesepakatan—penghentian pemerintahan mungkin adalah awal dari perombakan ulang pasar kripto.

Angsa hitam tidak pernah berarti akhir dari segalanya. Ia lebih seperti sinyal, mengingatkan mereka yang masih di lapangan: peluang sejati sering tersembunyi di balik kepanikan.