Kontrak trading, apa hal paling ironis?

Jelas tahu bahwa dari sepuluh orang, sembilan orang akan mengalami margin call, tapi masih ada yang maju terus ke dalam.

Tapi kalau kamu bilang mereka bodoh? Tidak juga.

Esensi masalahnya bukan seberapa besar leverage yang digunakan, melainkan apakah kamu benar-benar bisa menghitung semua ini.

Orang yang benar-benar bertahan di pasar kontrak, bukan bergantung pada keberuntungan, melainkan pada tiga strategi berikut:

**Pertama: Apakah kamu benar-benar tahu berapa kali lipat yang kamu mainkan?**

Platform memberi kamu angka 10x, 20x, itu hanya permainan angka.

Yang benar-benar menentukan hidup mati adalah risiko yang benar-benar kamu tanggung.

Contoh jebakan yang paling umum: saldo akunmu 10.000 USD, merasa kerugian maksimal 500 USD, lalu secara tidak sengaja membuka posisi long 30.000 USD.

Kamu pikir ini 3 kali lipat? Salah, sebenarnya kamu beraksi dengan leverage 60 kali lipat.

Pasar bergerak sedikit saja, kamu tidak sempat bereaksi, langsung langsung margin call.

Jadi, jangan fokus pada angka leverage, fokuslah pada jarak stop-loss-mu — itu yang sebenarnya menunjukkan leverage sesungguhnya.

**Kedua: Lebih kejam lagi: kontrak bukan soal arah pasar.**

Ada satu kenyataan keras di pasar: setiap uang yang kamu dapatkan, berasal dari orang lain yang mengalami margin call.

Para trader yang benar-benar konsisten profit, kebanyakan dari mereka sebenarnya sedang apa?

Menunggu.

Mereka bukan menunggu kenaikan atau penurunan harga, melainkan menunggu saat orang lain salah hitung.

Kapan emosi mereka mencapai ekstrem, kapan biaya pinjaman membengkok, kapan likuiditas mulai retak — saat itulah mereka bergerak.

Kontrak bukanlah judi, ini adalah arena permainan para ahli kalkulasi.

**Ketiga: Logika menghasilkan uang yang paling bertentangan dengan intuisi.**

Saat orang lain panik, kamu harus tetap tenang; saat orang lain menambah posisi secara gila-gilaan, kamu harus menarik diri.

Stop-loss tidak punya kesempatan kedua — kerugian lebih dari 5%? Langsung tutup posisi, bahkan berkedip pun tidak perlu.

Tapi saat profit? Banyak yang malah takut, setelah meraih 10% langsung buru-buru keluar.

Apa yang sebenarnya cerdas dilakukan? Biarkan keuntungan terus mengalir, gunakan profit untuk menutup semua biaya stop-loss sebelumnya.

Singkatnya, kontrak ini bukan soal keberanian, melainkan soal kemampuan menghitung.

Orang yang selalu profit, tidak pernah mengikuti tren koin tertentu, tidak peduli dengan grup sinyal.

Mereka hanya mengikuti satu hal: kepastian.

Orang yang mengalami margin call bermimpi, orang yang profit sedang mengerjakan soal matematika.

Sesederhana itu.