Mengungkap rahasia indikator ini untuk trader dari semua tingkatan — dari pemula hingga profesional. Berikut adalah kunci untuk memahaminya.

Indikator overbought dan oversold banyak digunakan dalam analisis teknikal untuk mengidentifikasi titik masuk potensial ke pasar. Konsepnya didasarkan pada asumsi bahwa ketika harga aset mencapai nilai ekstrem, ada kemungkinan besar terjadinya pembalikan tren.

Sinyal jenuh jual terbentuk ketika nilai aset turun ke tingkat yang dianggap tidak wajar rendah. Situasi ini dapat muncul akibat tekanan kuat dari penjual atau di tengah berita negatif tentang perusahaan. Untuk mengidentifikasi kondisi jenuh jual, trader sering menggunakan alat teknis seperti indeks kekuatan relatif (RSI) atau osilator stokastik. Indikator ini memberikan sinyal jenuh jual ketika nilai mereka jatuh di bawah tingkat tertentu — biasanya 30 untuk RSI dan 20 untuk stokastik.

Situasi yang berlawanan — sinyal overbought — terjadi ketika harga aset naik ke tingkat yang melebihi nilai wajar. Ini bisa menjadi hasil dari pembelian aktif atau berita positif tentang perusahaan. Untuk mengidentifikasi overbought, RSI dan osilator stokastik juga digunakan. Dalam hal ini, indikator menunjukkan overbought saat mencapai batas atas — biasanya di atas 70 untuk RSI dan 80 untuk stokastik.

Penting untuk mempertimbangkan bahwa sinyal overbought dan oversold tidak sepenuhnya dapat diandalkan dan harus digunakan bersama dengan metode analisis teknis lainnya untuk mengonfirmasi hipotesis perdagangan. Lebih dari itu, sangat penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor fundamental, seperti kinerja keuangan perusahaan dan berita pasar, sebelum mengambil keputusan perdagangan. Misalnya, ketidakpastian saat ini seputar tindakan SEC memberikan tekanan signifikan pada pasar secara keseluruhan.