Berdasarkan data pertengahan 2025, peringkat negara dan wilayah yang memegang obligasi pemerintah AS di luar negeri telah mengalami perubahan signifikan. Inggris telah melompat menjadi pemegang obligasi pemerintah AS terbesar kedua di luar negeri, melampaui China yang telah lama menduduki posisi ini.
Perubahan ini mencerminkan penyesuaian halus dalam tatanan keuangan global. Tren China yang mengurangi kepemilikan obligasi AS telah berlangsung selama beberapa waktu, yang dianggap sebagai pilihan yang tak terhindarkan untuk mengoptimalkan struktur cadangan devisanya. Dengan mengurangi ketergantungan pada satu aset, China bertujuan untuk mendiversifikasi risiko dan meningkatkan stabilitas serta fleksibilitas cadangan devisanya. Perlu dicatat bahwa strategi China untuk meningkatkan kepemilikan emas juga merupakan bagian dari kebijakan investasi yang beragam.
Meskipun peringkat pemegang asing berubah, penting untuk menyadari bahwa total jumlah obligasi AS yang dimiliki oleh entitas asing hanya mencakup sekitar 24% dari total utang yang belum terbayar. Investor domestik AS tetap menjadi pemegang utama obligasi AS, yang mencakup sekitar 55% dari total. Struktur ini menunjukkan bahwa meskipun sikap investor internasional terhadap obligasi AS dapat mempengaruhi pasar, pasar domestik AS masih memainkan peran dominan dalam perdagangan obligasi AS.
Perubahan struktur pemegang ini mungkin akan berdampak mendalam pada pasar keuangan global, termasuk fluktuasi nilai tukar, hubungan perdagangan internasional, serta keputusan kebijakan moneter negara-negara. Namun, obligasi AS sebagai aset lindung nilai penting global dan dolar AS sebagai mata uang cadangan utama tampaknya tidak akan menghadapi tantangan serius dalam jangka pendek.
Dengan terus berubahnya pola ekonomi global, negara-negara sedang menyesuaikan strategi investasi mereka untuk menghadapi realitas baru. Perubahan dinamis ini akan terus membentuk arah masa depan pasar keuangan global dan patut untuk diperhatikan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
13 Suka
Hadiah
13
7
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
MEVHunter
· 09-19 22:16
alpha bocor: china dumping surat berharga seperti aliran beracun
Berdasarkan data pertengahan 2025, peringkat negara dan wilayah yang memegang obligasi pemerintah AS di luar negeri telah mengalami perubahan signifikan. Inggris telah melompat menjadi pemegang obligasi pemerintah AS terbesar kedua di luar negeri, melampaui China yang telah lama menduduki posisi ini.
Perubahan ini mencerminkan penyesuaian halus dalam tatanan keuangan global. Tren China yang mengurangi kepemilikan obligasi AS telah berlangsung selama beberapa waktu, yang dianggap sebagai pilihan yang tak terhindarkan untuk mengoptimalkan struktur cadangan devisanya. Dengan mengurangi ketergantungan pada satu aset, China bertujuan untuk mendiversifikasi risiko dan meningkatkan stabilitas serta fleksibilitas cadangan devisanya. Perlu dicatat bahwa strategi China untuk meningkatkan kepemilikan emas juga merupakan bagian dari kebijakan investasi yang beragam.
Meskipun peringkat pemegang asing berubah, penting untuk menyadari bahwa total jumlah obligasi AS yang dimiliki oleh entitas asing hanya mencakup sekitar 24% dari total utang yang belum terbayar. Investor domestik AS tetap menjadi pemegang utama obligasi AS, yang mencakup sekitar 55% dari total. Struktur ini menunjukkan bahwa meskipun sikap investor internasional terhadap obligasi AS dapat mempengaruhi pasar, pasar domestik AS masih memainkan peran dominan dalam perdagangan obligasi AS.
Perubahan struktur pemegang ini mungkin akan berdampak mendalam pada pasar keuangan global, termasuk fluktuasi nilai tukar, hubungan perdagangan internasional, serta keputusan kebijakan moneter negara-negara. Namun, obligasi AS sebagai aset lindung nilai penting global dan dolar AS sebagai mata uang cadangan utama tampaknya tidak akan menghadapi tantangan serius dalam jangka pendek.
Dengan terus berubahnya pola ekonomi global, negara-negara sedang menyesuaikan strategi investasi mereka untuk menghadapi realitas baru. Perubahan dinamis ini akan terus membentuk arah masa depan pasar keuangan global dan patut untuk diperhatikan.