Saat ini, perubahan situasi geopolitik global secara diam-diam mempengaruhi pasar aset digital, dan tingkat pengaruhnya mungkin melebihi imajinasi banyak orang.
Pertama, pola energi global sedang mengalami perubahan besar. Mesir menginvestasikan banyak uang untuk eksplorasi minyak dan gas, sementara Inggris dan Amerika Serikat bekerja sama mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, langkah-langkah ini dapat menyebabkan fluktuasi drastis dalam pasokan listrik dan harga listrik di masa depan. Bagi industri penambangan mata uang digital, ini berarti biaya operasional mungkin akan meningkat secara signifikan, terutama bagi tambang yang bergantung pada listrik dengan harga rendah yang mungkin menghadapi tantangan serius.
Kedua, ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional juga membawa ketidakpastian ke pasar. Usulan Amerika Serikat untuk mengenakan tarif terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia dapat memicu gejolak di pasar komoditas. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa setiap kali ada masalah dalam ekonomi riil, seringkali ada sebagian dana yang mengalir ke bidang aset digital untuk mencari perlindungan. Tren ini pernah terjadi selama jatuhnya harga minyak mentah pada tahun 2020.
Ketiga, rantai pasokan mineral global menghadapi ancaman. Penurunan kapasitas di daerah mineral kunci seperti Kongo (DRC) dan Indonesia dapat menyebabkan kenaikan harga chip mesin penambangan dan perangkat keras. Ini akan meningkatkan biaya operasional para penambang, yang selanjutnya dapat memicu tekanan jual di pasar, memberikan tekanan pada harga aset digital.
Akhirnya, kenaikan harga produk pertanian global juga patut dicermati. Pengadaan besar-besaran minyak sawit oleh India dan lonjakan harga kopi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa inflasi produk pertanian mungkin tidak terkendali. Ini dapat mempengaruhi kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara; jika likuiditas menyusut, aset berisiko termasuk aset digital mungkin akan terpengaruh.
Dibandingkan dengan perilaku spekulatif jangka pendek yang umum di pasar, risiko potensial yang berasal dari bidang ekonomi tradisional inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama pasar aset digital, yang dikenal sebagai "Gray Rhino". Masalah di bidang energi, mineral, tarif, inflasi, dan lainnya, dapat memicu reaksi berantai. Oleh karena itu, sebelum menunggu datangnya siklus bull berikutnya, investor harus memantau dengan cermat faktor-faktor risiko geopolitik dan ekonomi yang potensial ini.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
12 Suka
Hadiah
12
3
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
GasFeePhobia
· 09-15 07:50
Menabung sampai mati mendadak
Lihat AsliBalas0
MEV_Whisperer
· 09-15 07:45
Fluktuasi ini sebesar apapun juga merupakan bull run tahun depan
Saat ini, perubahan situasi geopolitik global secara diam-diam mempengaruhi pasar aset digital, dan tingkat pengaruhnya mungkin melebihi imajinasi banyak orang.
Pertama, pola energi global sedang mengalami perubahan besar. Mesir menginvestasikan banyak uang untuk eksplorasi minyak dan gas, sementara Inggris dan Amerika Serikat bekerja sama mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, langkah-langkah ini dapat menyebabkan fluktuasi drastis dalam pasokan listrik dan harga listrik di masa depan. Bagi industri penambangan mata uang digital, ini berarti biaya operasional mungkin akan meningkat secara signifikan, terutama bagi tambang yang bergantung pada listrik dengan harga rendah yang mungkin menghadapi tantangan serius.
Kedua, ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional juga membawa ketidakpastian ke pasar. Usulan Amerika Serikat untuk mengenakan tarif terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia dapat memicu gejolak di pasar komoditas. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa setiap kali ada masalah dalam ekonomi riil, seringkali ada sebagian dana yang mengalir ke bidang aset digital untuk mencari perlindungan. Tren ini pernah terjadi selama jatuhnya harga minyak mentah pada tahun 2020.
Ketiga, rantai pasokan mineral global menghadapi ancaman. Penurunan kapasitas di daerah mineral kunci seperti Kongo (DRC) dan Indonesia dapat menyebabkan kenaikan harga chip mesin penambangan dan perangkat keras. Ini akan meningkatkan biaya operasional para penambang, yang selanjutnya dapat memicu tekanan jual di pasar, memberikan tekanan pada harga aset digital.
Akhirnya, kenaikan harga produk pertanian global juga patut dicermati. Pengadaan besar-besaran minyak sawit oleh India dan lonjakan harga kopi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa inflasi produk pertanian mungkin tidak terkendali. Ini dapat mempengaruhi kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara; jika likuiditas menyusut, aset berisiko termasuk aset digital mungkin akan terpengaruh.
Dibandingkan dengan perilaku spekulatif jangka pendek yang umum di pasar, risiko potensial yang berasal dari bidang ekonomi tradisional inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama pasar aset digital, yang dikenal sebagai "Gray Rhino". Masalah di bidang energi, mineral, tarif, inflasi, dan lainnya, dapat memicu reaksi berantai. Oleh karena itu, sebelum menunggu datangnya siklus bull berikutnya, investor harus memantau dengan cermat faktor-faktor risiko geopolitik dan ekonomi yang potensial ini.