Pendanaan kali ini berhasil menarik investor besar: Wall Street lewat Fortress Investment Group dan Citadel Securities sebagai pemimpin, bersama institusi ternama seperti Pantera Capital, Galaxy Digital, Brevan Howard, dan Marshall Wace.
Bagi yang memahami Ripple, ini benar-benar titik balik—benarkah ini Ripple yang dulu tersandung gugatan SEC dan sempat disebut “perusahaan zombie”?
Ripple, berdiri sejak 2012, adalah salah satu pionir di industri crypto. Teknologi utamanya, XRP Ledger, merupakan buku besar terdesentralisasi khusus untuk pembayaran lintas negara. Ripple memanfaatkan teknologi ini untuk mengembangkan sistem pembayaran dan settlement; token XRP pun mencuri perhatian global di 2017–2018, melesat ke posisi tiga kapitalisasi pasar terbesar setelah Bitcoin dan Ethereum.
Namun, ketika harga token anjlok dan kemitraan “inflated” terungkap, narasi kemitraan “bank-grade” Ripple mulai runtuh.
Pada masa itu, Forbes merilis laporan investigasi yang menuding model bisnis utama Ripple sebagai skema “pump-and-dump”: Ripple memanfaatkan kepemilikan XRP besar untuk membeli mitra strategis, membangun citra sukses, dan menggunakan pernyataan kabur untuk menghindari regulasi. Tujuan sesungguhnya bukan inovasi teknologi, melainkan mendongkrak nilai token gratis lewat pemasaran dan hype, sehingga pihak internal meraup laba lewat pencairan aset.
Regulator bertindak tegas pada Desember 2020.
SEC menuntut Ripple atas “penjualan sekuritas tanpa izin,” menuduhnya menggalang dana ilegal lebih dari 1,3 miliar dolar AS melalui XRP.
Ini menjadi salah satu pertarungan regulasi paling penting dalam sejarah crypto.
Dampak gugatan ini sangat berat: Coinbase, Kraken, dan bursa besar lain langsung menghapus XRP; mitra lama MoneyGram memutus kerja sama; harga XRP anjlok lebih dari 60% dalam sebulan. Bisnis Ripple tertekan, masuk radar regulator.
Perjuangan hukum panjang ini menguras hampir 200 juta dolar AS untuk Ripple, tapi memberikan ruang napas dan putusan pengadilan positif, memberi waktu untuk perubahan strategi.
Pada 2024, Ripple merilis RLUSD, stablecoin berpatokan dolar yang mengutamakan kepatuhan regulasi serta pembayaran dan settlement institusional. Berbeda dari USDT dan USDC, RLUSD tidak ditujukan sebagai stablecoin exchange, melainkan menyasar sistem kartu kredit tradisional dan clearing lintas negara.
Di 2025, Ripple mengumumkan kerja sama dengan Mastercard, WebBank, dan Gemini, menghadirkan RLUSD untuk settlement kartu kredit real-time—stablecoin on-chain pertama yang masuk jaringan pembayaran kartu global.
Terobosan ini membuka jalur adopsi stablecoin korporat dan memperkuat integrasi Ripple dengan dunia keuangan utama.
Guna membangun stack finansial on-chain yang lengkap, Ripple melakukan akuisisi strategis sepanjang 2023–2025:
Lewat akuisisi ini, Ripple berevolusi dari sekadar pembayaran lintas negara menjadi infrastruktur finansial full-stack: penerbitan stablecoin, kustodian institusional, dan settlement lintas rantai.
Sekilas, perubahan Ripple tampak sangat luas.
Namun, pelaku pasar modal berpengalaman melihatnya secara berbeda.
Untuk memahami motivasi utama pendanaan ini, penting mengenali identitas Ripple: treasury aset digital raksasa.
Saat penciptaan XRP, 80 miliar dari total 100 miliar token disimpan di kustodian Ripple. Kini, Ripple masih memegang 34,76 miliar XRP, dengan nilai pasar nominal lebih dari 80 miliar dolar AS—dua kali lipat valuasi putaran ini.

Beberapa venture capitalist mengonfirmasi bahwa kesepakatan 500 juta dolar AS sangat terkait pembelian cadangan XRP Ripple, kemungkinan besar di bawah harga pasar.
Dari sudut pandang investasi, investor membeli aset dengan rasio kapitalisasi pasar terhadap nilai aset bersih sebesar 0,5x. Meski likuiditas XRP dipotong 50%, nilai asetnya tetap setara dengan valuasi perusahaan.
Insider mengatakan ke Unchained, “Kalaupun Ripple gagal membangun bisnis, mereka bisa membeli perusahaan lain secara langsung.”

Salah satu venture capitalist berkomentar, “Nilai perusahaan ini murni berasal dari kepemilikan XRP. Tidak ada yang memakai teknologi mereka; tidak ada traction di jaringan atau ekosistem blockchain.”
Komunitas pun menegaskan, “Ekuitas Ripple sendiri mungkin tidak bernilai besar—apalagi 40 miliar dolar AS.”
Seorang partisipan menjelaskan: “Pembayaran sedang tumbuh pesat. Investor perlu bertaruh pada beberapa kandidat sekaligus.”
Ripple hanyalah salah satu kandidat—mungkin bukan yang paling canggih secara teknis, tapi punya cadangan XRP besar.
Bagi Ripple, ini adalah win-win:
Kekayaan pribadi co-founder Ripple, Chris Larsen, meningkat jadi sekitar 15 miliar dolar AS.
Kisah Ripple, dari sisi ini, adalah saga finansial klasik—tentang aset, valuasi, dan manajemen likuiditas.
Dari terdakwa SEC ke ruang rapat Wall Street, perjalanan Ripple adalah cermin pergeseran crypto dari idealisme ke pragmatisme. Jika dulu Ripple jadi simbol “ekonomi naratif,” kini ia membuktikan, saat gelombang surut, proyek bertahan berkat kekuatan modal inti.





