
AERGO menghadapi ancaman delisting serius dari Binance setelah bursa tersebut menerapkan monitoring tag pada token tersebut. Pemicu utama langkah ini adalah kegagalan AERGO mempertahankan volume perdagangan minimum yang disyaratkan. Volume perdagangan 24 jam token tersebut turun jauh di bawah batas 200.000, sehingga secara otomatis memicu prosedur delisting dalam rentang waktu 30 hari.
Data terbaru mengonfirmasi lemahnya posisi pasar AERGO. Volume perdagangan harian saat ini sekitar 876.957 unit, namun angka tersebut menutupi masalah likuiditas mendasar pada pasangan perdagangan utama. Kapitalisasi pasar total token ini hanya sebesar 28,48 juta, sehingga AERGO tidak masuk kelompok atas aset kripto menurut standar valuasi.
Setelah pengumuman delisting awal Binance pada 21 Maret 2025, AERGO sempat mengalami lonjakan harga drastis. Harga token melonjak dari $0,068 ke puncak $0,57 dan volume perdagangan naik hingga 920 juta. Namun, volatilitas ini tidak berkelanjutan. Koreksi harga selanjutnya membuat AERGO turun lebih dari 65% dari puncak, dan kini stabil di kisaran $0,057.
Tim AERGO mengaku terkejut atas keputusan Binance, bahkan kontak langsung mereka di bursa juga tidak mengetahui pengumuman tersebut. Meskipun delisting, AERGO tetap dapat diperdagangkan secara aktif di platform alternatif seperti gate, Upbit, dan Bithumb, sehingga pengguna tetap bisa mengakses token ini di luar ekosistem Binance.
Lanskap regulasi blockchain global berubah drastis sepanjang 2025, menciptakan tantangan besar bagi proyek seperti AERGO. Peraturan modal Basel Committee untuk aset kripto resmi berlaku mulai 1 Januari 2025 dan memperketat persyaratan cadangan serta kepatuhan di industri. Bersamaan, Financial Action Task Force memperbarui "Travel Rule" selama Februari–April 2025, mewajibkan pelacakan menyeluruh untuk seluruh pembayaran kripto—langkah yang meningkatkan biaya kepatuhan bagi peserta jaringan.
| Yurisdiksi | Perkembangan Regulasi Utama 2025 | Dampak pada AERGO |
|---|---|---|
| Amerika Serikat & Uni Eropa | Regulasi kripto diperketat | Kompleksitas lisensi dan operasional meningkat |
| Korea Selatan & Singapura | Kerangka ramah inovasi | Peluang akses pasar potensial |
| Bank for International Settlements | Rekomendasi cadangan stablecoin yang ketat | Persyaratan stabilitas makin diperkuat |
Valuasi pasar AERGO turun 60,67% secara tahunan, menandakan ketidakpastian regulasi dan tantangan adopsi korporasi. SFC Hong Kong merilis panduan staking kripto baru pada April 2025, sementara Singapura menuntaskan kerangka lisensi stablecoin, menciptakan lingkungan regulasi yang terbelah. Situasi ini memaksa AERGO untuk menyesuaikan strategi kepatuhan di masing-masing wilayah. Fokus enterprise AERGO yang terefleksi pada peluncuran v2.8.0 di Juli 2025 dengan infrastruktur AI-native menuntut navigasi di banyak yurisdiksi sekaligus. Kompleksitas regulasi ini berdampak langsung pada kemampuan AERGO menarik mitra institusi dan mempertahankan listing bursa, sehingga membatasi posisi pasar dan kepercayaan investor di tengah ketidakpastian regulasi.
AERGO menghadapi tantangan transparansi operasional yang serius dan butuh perhatian investor. Proyek menghentikan pembaruan kode sehingga muncul kekhawatiran tentang kesinambungan pengembangan, sementara Total Value Locked (TVL) turun di bawah $500.000—jauh lebih rendah dari rata-rata pasar DeFi sebesar $150 miliar pada pertengahan 2025. Ini menjadi anomali di tengah tren pertumbuhan ekosistem yang didorong solusi Layer 2 dan teknologi lintas rantai.
| Metrik | Status AERGO | Rata-rata Pasar DeFi |
|---|---|---|
| TVL | Di bawah $500.000 | $150 miliar |
| Prediksi Harga 2025 | $0,06–$0,068 | N/A |
| Posisi Pasar | Peringkat 754 | N/A |
Penghentian pengembangan ini menimbulkan ketidakpastian terhadap kepatuhan audit keamanan dan pelaksanaan kebijakan KYC/AML. Walaupun AERGO pernah memperoleh sertifikasi audit dari CertiK dan Certora, transparansi terkait status kepatuhan terbaru masih kurang. Update roadmap living menunjukkan komitmen keterbukaan, namun tidak adanya komunikasi detail atas pembekuan kode dan dampaknya terhadap kepatuhan regulasi memunculkan pertanyaan bagi pemangku kepentingan. Kesenjangan operasional ini menekankan pentingnya investor melakukan due diligence sebelum terlibat dalam ekosistem AERGO.











